Blogger Widgets AKIBAT MEMAHAMI HADITS SECARA TEKSTUAL

Popular Post

Posted by : 'Asyirah Aswaja Sumut Minggu, 18 Januari 2015



Al-Kisah pada suatu hari, seorang santri yg tekun mempelajari hadits dan ilmu hadits hendak menikah. Ia ingin mengamalkan hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, "An-Nikâhu sunnatî faman raghiba ‘an sunnatî falaysa minnî," (Menikah itu adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak menyukai sunnaku, maka ia bukan dari golonganku).

Awalnya ia meneliti keshahihan hadits tersebut juga bertanya pada gurunya. Kesimpulannya hadits itu shahih bahkan mutawatir. Sang santri pun menentukan hari untuk melangsungkan pernikahannya dengan calon istri pilihannya dan pilihan orang tuanya. Kemudian terjadilah pernikahan yg syar'i.
Sang santri sangat fanatik dengan hadits yg ia yakini keshahihannya, tanpa memperdulikan tradisi, situasi dan ocehan orang lain. Yang penting baginya menjalankan hadits dan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pada malam pertama pernikahannya, ia berkata dalam hatinya: sy harus memulai hubunganku dengan istriku berdasarkan hadits dan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Saat akan mulai menggauli istrinya ia berkata dalam hatinya bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Khayrul umûr awsathuhâ”, (urusan yg terbaik itu adalah yg di tengah-tengah).

Ia mulai mengukur tubuh istrinya sesuai dengan bunyi hadits itu, lalu ia menggauli istrinya. Ternyata, berkali-kali tidak berhasil menggauli sebagaimana mestinya.
Ia bergumam dalam hatinya, "istriku benar-benar gadis." Lalu ia berkata pada istrinya, "Istriku sayang, kamu benar-benar gadis." Istrinya berbisik ke telinga suaminya, "Mas, itu salah kurang ke bawah sedikit." Sang suami membalas bisikannya, "Tidak, ini benar berdasarkan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Yang di tengah-tengan itu urusan yg paling baik."

Terjadilah diskusi antara dua pasangan penganten baru soal hadits dan hal yg faktual.
Karena semalam suntuh tak berhasil menggauli istrinya, maka esok pagi ia datang ke gurunya untuk mempertanyakan keshahihan hadits itu. Ia bertanya kepada gurunya, "Kiyai, shahihkah hadits yg berbunyi, "Khayrul umuri awsathuha?"
"Shahih, mengapa?" Jawab sang guru.
"Tadi malam sy praktekkan hadits itu pada istri sy, tidak berhasil."
Sang guru tersenyum lalu menjawab, "Oh, kalau dipraktekkan pada urusan yg itu, harus ditambah lagi satu jengkal ke bawah."

Sang santri diam, kemudian pulang. Ala kulli hal, setelah mempraktekkan nasehat gurunya ia berhasil melakukan hubungan dengan istrinya, dan istrinya tersenyum.
Apa hikmah kisah diatas, tentu ikhwan wa akhwat fillah memahaminya. Mhn ma'af dan trm ksh

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2025 Asyirah Aswaja Sumut - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by 'Asyirah Aswaja Sumut -