- Back to Home »
- Makalah Aswaja »
- STOP MENCELA MAULID NABI SAW
Posted by : 'Asyirah Aswaja Sumut
Kamis, 15 Januari 2015
Rabiul Awal adalah bulan bertabur
pujian dan rasa syukur. Di bulan ini, seribu lima ratus tahun silam, terlahir
makhluk terindah yang pernah diciptakan Allah SWT. Namanya Muhammad SAW. Kita
patut memujinya, karena tiada ciptaan yang lebih sempurna dari Baginda Nabi
SAW. Berkat beliau, seluruh semesta menjadi terang benderang. Kabut jahiliah
tersingkap berganti cahaya yang memancarkan kedamaian dan ilmu pengetahuan.
Karena itu kita wajib mensyukuri. Tiada nikmat yang lebih mustahak untuk
disyukuri dari nikmat wujudnya yang sang kekasih, Muhammad SAW. Walau masih ada
segelintir muslimin yang alergi
dengan peringatan maulid Nabi SAW, antusiasme merayakan hari paling
bersejarah itu tak pernah surut. Di seluruh belahan bumi, umat Islam tetap
semangat menyambut hari kelahiran Nabi SAW dengan beragam kegiatan, seperti
sedekah, berzikir, shalawat, bertafakkur, atau dengan menghelat seminar-seminar
ilmiah. Negara-negara muslim, kecuali Arab Saudi, menjadikan tarikh
12 Rabiul Awal sebagai hari libur nasional. Hari itu pun dijadikan sebagai
momen pertukaran tahni’ah (ucapan selamat) bagi sebagian pemimpin negara-negara
di Sumenanjung Arab.
Secara harfiah, maulid bermakna hari
lahir. Belakangan istilah maulid digunakan untuk sirah Nabi SAW, karena,
seperti telah dimafhumi, sejarah dimulai
dengan kelahiran atau saat-saat jelang kelahiran. Sirah, atau
sejarah hidup Rasulullah SAW itu sangat perlu dibaca dan dikaji karena penuh
inspirasi dan
bisa memantapkan iman. Allah SWT berfirman, “Dan semua kisah dari
rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami
teguhkan hatimu.. (Hud :120)”
Dalam sejarah yang disampaikan oleh para ulama ahli hadis
bahwa orang yang pertama kali memperbarui pelaksanaan Maulid Nabi Saw adalah
penguasa Irbil, Raja al Mudzaffar Abu Said Kukburi bin Zainuddin Ali bin
Biktikin (549-630 H), salah seorang raja yang agung, besar dan mulia. Ia
memiliki riwayat hidup yang baik. Dan dia telah memakmurkan masjid Jami' al
Mudzaffari di Safah Qasiyun. Ibnu Katsir berkata dalam kitab Tarikh-nya, bahwa
Malik al Mudzaffar mengamalkan maulid Nabi di bulan Rabi'ul Awal dan melakukan
perayaan yang besar. Dia adalah cerdas hatinya, pemberani, tangguh, cerdas
akalnya, pandai dan adil. Semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat
kembalinya. (Sejarah hidup Raja al-Mudzaffar
tentang merayakan Maulid juga dicantumkan oleh al-Dzahabi dalam Siyar A'lam
an Nubala', XXII/336)
Perlu diketahui, sejatinya Allah SWT
juga menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai momen istimewa. Fakta bahwa
Rasul SAW terlahir dalam keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain
hadits no.4177)
Fakta lainnya: Pertama,
perkataan Utsman bin Abil Ash Atstsaqafiy dari ibunya yang pernah menjadi
pembantu Aminah r.a. ibunda Nabi SAW. Ibu Utsman mengaku bahwa tatkala Ibunda
Nabi SAW mulai melahirkan, ia melihat bintang bintang turun dari langit dan
mendekat. Ia sangat takut bintang-bintang itu akan jatuh menimpa dirinya, lalu
ia melihat kilauan cahaya keluar dari Ibunda Nabi SAW hingga membuat kamar dan
rumah terang benderang (Fathul Bari juz 6/583). Kedua, Ketika Rasul SAW
lahir ke muka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam). Ketiga,
riwayat yang shahih dari Ibn Hibban dan Hakim yang menyebutkan bahwa saat Ibunda
Nabi SAW melahirkan Nabi SAW, beliau melihat cahaya yang teramat terang hingga
pandangannya bisa menembus Istana-Istana Romawi (Fathul Bari juz 6/583). Keempat,
di malam kelahiran Rasul SAW itu, singgasana Kaisar Kisra runtuh, dan 14 buah
jendela besar di Istana Kisra ikut rontok. Kelima, padamnya Api di
negeri Persia yang semenjak 1000 tahun menyala tiada henti (Fathul Bari 6/583).
Kenapa peristiwa-peristiwa akbar itu
dimunculkan Allah SWT tepat di detik kelahiran Rasulullah SAW?. Tiada lain,
Allah SWT hendak mengabarkan seluruh alam bahwa pada detik itu telah lahir
makhluk terbaik yang pernah diciptakan oleh- Nya, dan Dia SWT ‘merayakan’ momen
itu sebagaimana Dia SWT menebar salam sejahtera di saat kelahiran nabi-nabi
sebelumnya. Sungguh telah diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari bahwa Abu Lahab
diringankan siksanya di hari Senin, sebab ia memerdekakan budaknya, Tsuwaibah,
ketia ia memberi kabar gembira kepada Abu Lahab tentang kelahiran Nabi Saw.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahihnya di Bab Nikah secara
Mu’allaq dan dikutip oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari "Jika
Abu Lahab yang kafir ini telah datang celaannya, dan binasalah kedua tangannya
nan kekal di neraka. Diriwayatkan bahwa setiap hari senin ia diringankan siksanya
karena bahagia dengan (kelahiran) Nabi Muhammad. Lalu bagaimana dengan seorang
hamba yang sepanjang hidupnya berbahagia dengan Muhammad dan mati dalam keadaan
membawa tauhid?"
Berikut beberapa fatwa ulama ahli hadis dan ulama
kontemporer berkaitan hukum dan keutamaan Maulid Nabi Saw.
Al-Hafidz as-Sakhawi
Al-Hafidz as-Sakhawi berkata dalam Fatwanya: Amaliyah
Maulid tidak diriwayatkan dari seorang ulama Salaf dalam 3 kurun yang utama. Amaliyah
ini dilakukan sesudahnya, kemudian umat Islam di seluruh penjuru dan kota besar
selalu merayakannya di bulan kelahiran Nabi Saw, dengan perayaan yang indah dan
agung, mereka bersedekah di malam harinya, menampakkan rasa suka cita, menambah
belanjanya, dan membaca kelahiran Nabi Saw. Dan
tampak kepada mereka berkahnya-Nabi dengan merata (Subul al-Huda wa ar-Rasyad
1/362)
Al-Hafidz
Jalaluddin as-Suyuthi
Jawab:
Menurut saya, bahwa subtansi dari maulid yang berupa berkumpulnya banyak orang,
membaca al Quran, membaca kisah-kisah Nabi Muhammad mulai beliau diutus menjadi
Rasul dan hal-hal yang terjadi saat kelahirannya yang terdiri dari tanda-tanda
kenabian, dilanjutkan dengan suguhan hidangan untuk makan bersama kemudian
selesai tanpa ada tambahan lagi, maka hal ini tergolong bidah yang baik, yang
pelakunya mendapatkan pahala karena ia mengagungkan derajat Nabi Muhammad Saw,
menampakkan rasa senang dan kebahagiaan dengan kelahirannya yang mulia
(al-Hawi, Fatawa as-Suyuthi 1/727)
Dr. Ali Jumat,
Mufti Mesir
“Perayaan
Maulid Nabi adalah amal yang paling utama dan ibadah yang agung. Sebab Maulid ibaratnya adalah rasa senang dan
cinta pada Nabi. Sedangkan mencintai Nabi adalah dasar keimanan” (al-Bayan li
ma Yusyghilu al-Adzhan)
HIKMAH MAULID
Peringatan maulid Nabi SAW sarat
dengan hikmah dan manfaat. Di antaranya mengenang kembali kepribadian
Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi
yang diemban beliau dari Allah SWT kepada alam semesta. Para sahabat
radhiallahu anhum kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAWdalam berbagai
kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu,
“Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan yang dilakukan
Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat dalam Al-
Quran.” Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa
yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk
peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan. Selain itu, dengan
menghelat Maulid, umat Islam bisa berkumpul dan saling menjalin silaturahim.
Yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi
dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya, berkat
beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.
Sempat
terbesit sebuah pertanyaan dalam benak, kenapa membaca sirah baginda Rasulullah
mesti di bulan maulid saja? Kenapa tidak setiap hari, setiap saat? Memang,
sebagai tanda syukur kita sepatutnya mengenang Beliau SAW setiap saat. Akan
tetapi, alangkah lebih afdal apabila di bulan maulid kita lebih intens membaca
sejarah hidup Beliau SAW seperti halnya puasa Nabi SAW di hari Asyura’ sebagai
tanda syukur atas selamatnya Nabi Musa as, juga puasa Nabi SAW di hari senin
sebagai hari kelahirannya. Nah, sudah saatnyalah mereka yang anti mauled lebih
bersikap toleran. Bila perlu, hendaknya bersedia bergabung untuk bersama-sama
membaca sirah Rasul SAW. Dalam kitab “Iqtidha’ Shiratil Mustaqim” hal 297 Ibnu
Taimiyah berkata, “Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan,
segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang
besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah SAW”. Minimal – sebagai
muslim– hendaknya merasakan gembira dengan datangnya bulan Rabiul Awal. Sudah
sepantasnya di bulan ini kita sediakan waktu untuk mengkaji lebih dalam sejarah
hidup Rasul SAW. Jangan lagi mencela maulid Nabi SAW. Wallahu Waliyut
Taufiq.