- Back to Home »
- Makalah Aswaja »
- Sya’ban Bulan Persiapan Menghadapi Ramadhan
Posted by : 'Asyirah Aswaja Sumut
Rabu, 27 Mei 2015
Tanda
seseorang gembira dengan kedatangan Ramadhan adalah ia menyiapkan bekal
terbaik untuk menjalaninya. Ibarat safar yang jauh dan berat, persiapan
dan perbekalan sangat menentukan keselamatan dan kesuksesan dalam
menjalaninya. Khususnya bekal iman dan ketakwaan berupa mengerjakan
ketaatan dan menjauhi maksiat, mengagendakan program amal shalih dan
amal sosial, dan semisalnya.
Diriwayatkan
dari Usamah bin Zaid Radhiyallahu 'Anhuma, beliau berkata, “Wahai
Rasulullah!aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada satu bulan dari
bulan-bulan yang ada sebagaimana puasamu pada bulan Sya’ban.”Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ
يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ
تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ
يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban
adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab
dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan
kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk
berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. Al-Nasa’i. hadits ini hasan.
Lihat: Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 1012)
Dalam hadits
di atas, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjelaskan sebab beliau
memperbanyak puasa di bukan Sya’ban: pertama, karena banyak orang lalai
dari amal shalih dan ketaatan di dalamnya. Artinya, mereka tidak
memperbanyak amal shalih dan ketaatan di bulan Sya’ban. Maka siapa yang
menunda beramal shalih dan menjalankan ketaatan di bulan ini, maka ia
termasuk bagian manusia yang lalai.
Kedua, pada bulan Sya’ban amal-amal hamba diangkat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Ibnu Rajab
menambahkan alasan yang ketiga, “Dikatakan juga makna lain (hikmah,-red)
tentang puasa Sya’ban, bahwa puasa Sya’ban seperti latihan puasa
Ramadhan agar saat dirinya masuk puasa Ramadhan tidak menjalankannya
dengan berat dan beban, tapi ia telah terlatih dan terbiasa berpuasa
sehingga ia merasakan manis dan enaknya puasa Sya’ban sebelum Ramadhan,
sehingga ia memasuki puasa Ramadhan dengan kuat dan semangat,” (Latha-if
al-Ma’arif, hal. 252)
Di antara
rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa di
bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib
(ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib
adalah shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat
wajib, sebelum atau sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa
di bulan Sya’ban sangat dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut
memiliki keutamaan. Dan puasa ini bisa menyempurnakan puasa wajib di
bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
Hikmah di
balik puasa Sya’ban adalah: Bulan Sya’ban adalah bulan tempat manusia
lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan istimewanya bulan Rajab
(yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan sesudahnya yaitu
bulan Ramadhan. Tatkala manusia lalai, inilah keutamaan melakukan amalan
puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di tempat
orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di
pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa.
Abu Sholeh mengatakan, “Sesungguhnya
Allah tertawa melihat orang yang masih sempat berdzikir di pasar.
Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang lalai dari
mengingat Allah.”
Sumber : Ustadz Yusuf Mansur